Moral dari RUANG SUNYI ini :
Adalah jangan biarkan omongan orang lain terutama yang nggak tahu apa-apa mengatur bagaimana kamu harus merasa, hidup, atau melihat dirimu sendiri.
Puisi ini keras, jujur, dan berani. Isinya kayak perlawanan dari seseorang yang muak dinilai, dikomentari, bahkan dijatuhkan oleh standar dan omongan dunia yang cuma lihat dari kulit luar. Tentang seseorang yang mungkin pernah salah, atau dianggap salah, tapi menolak tunduk pada pandangan kerdil yang nggak ngerti apa-apa soal kebenaran yang sebenarnya.
Kalimat “Bukankah tak perlu menunduk malu, hanya karena kisah ini dianggap aib oleh lidah yang tak tahu…”, maksudnya karena banyak dari kita sering ngerasa malu, minder, cuma karena omongan orang padahal mereka nggak tahu apa-apa soal kenapa kita jadi seperti ini.
Dan muncul perdebatan pikiran :
“Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu…” vs “Ini cuma ego yang takut harga dirinya jatuh…”
itu kayak suara dalam diri yang lagi tarik-ulur antara mau cuek dan tetap jalan, atau masih kepikiran sama pandangan orang.
Jadi moralnya gini :
Nggak ada manusia yang sempurna. Dan kamu nggak hidup buat nyenengin semua orang. Jangan biarkan dunia bikin kamu malu atas prosesmu, apalagi bikin kamu ngerasa nggak layak. Yang paling penting bukan omongan mereka, tapi bagaimana kamu berdamai sama diri sendiri dan terus jalan meskipun yang menggonggong tetap ada.
Omongan mereka cuma suara. Tapi hidupmu nyata. Dan kamu pantas untuk tetap berdiri, tanpa harus tunduk, ... tunduk pada nasehat tak bermakna dari orang yang kau sebut.. bla.. bla.. bla...