Welcome Comments Pictures

L@BeL

Tampilkan postingan dengan label RUANG SUNYI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RUANG SUNYI. Tampilkan semua postingan

April 14, 2022

UNTUK SAHABAT YANG TERLUKA


Religious

Kulihat Seraut Wajah Cantik, Yang Selalu Saja Tersaput Mendung Tanpa Hujan, Tanpa Angin.

Sahabatku…
Guratan Pedih Di Matamu Kerap Hadir Di Pagi Kita, Menyelinap Di Antara Tawa Yang Pura-Pura.

Aku Tak Bisa Bergerak, Tak Mampu Berbuat Apa-Apa, Selain Diam Mengikuti Langkahmu Yang Tertatih.

Apa Yang Bisa Kulakukan,
Untuk Dunia Yang Tak bisa Kutembus, Untuk Duka Yang Tak Bisa Kupeluk Dengan Pembelaanku?

Kata-kataku…
Terlalu Kecil Untuk Mengubah Dunia Yang Telah Membuatmu Terpasung Dalam Derita.

Andai Aku Bisa Membawakan Kembali Senyum Itu, Mengajakmu Bersenandung Dalam Bahagia Yang Sederhana, Pasti Akan Kupilih Hari Itu… Hari Saat Hatimu Kembali Berbunga.

Kini Hanya Doa, Yang Berjalan Bersamamu, Di Tiap Sujud Dan Linang Air Matamu.

Semoga...
Doa Terindahmu Dijemput Langit, Dan Dikabulkan Oleh Nya.
Aamiin.


By Nide 
(14042013)
Good Day Comments Pictures


Moral  dari RUANG SUNYI ini :

Adalah bahwa ketika kita melihat orang yang kita sayang sedang terluka dan kita nggak bisa bantu secara langsung hadir dalam diam dan mendoakan dengan tulus pun bisa jadi bentuk cinta yang paling dalam.

Puisi ini nunjukin perasaan seseorang yang begitu peduli sama sahabatnya. Dia lihat sahabatnya terus-terusan menahan luka, senyum tapi sebenarnya lagi nyimpan pedih. Dia pengen bantu, pengen bikin sahabatnya bahagia lagi, tapi dia sadar ada hal-hal yang nggak bisa disentuh hanya dengan kata-kata atau tindakan.

Kadang, dunia orang yang sedang terluka itu seperti dinding tebal kita bisa lihat tapi nggak bisa masuk. Dan saat semua usaha terasa mentok, yang tersisa cuma satu : doa. Doa yang nggak kelihatan, tapi besar maknanya. Doa yang ikut jalan di tiap langkah sahabatnya, meski dia sendiri nggak bisa berada di sana secara nyata.

Juni 05, 2019

SIAPA AKU

💟

Aku.. 
Aku Adalah Gelak Tawa Yang Memeluk, Di Tengah Riuh Yang Menyimpan Sunyi.

Aku Adalah Seberkas Kepopuleran,
Tersentuh Aroma Persahabatan Yang Sederhana.

Aku Adalah Busur Panah
Yang Menancap Sebagai Rindu Di Dada-Dada Yang Masih Hidup.

Aku Adalah Jelmaan Semu Dari Mimpi-Mimpi, Yang Kadang Cuma Menyamar Jadi Harapan Palsu.

Aku… Hanyalah Aku.
Bukan Siapa-Siapa.

~NIDE~




Moral dari RUANG SUNYI ini :

Adalah bahwa kadang, di balik tawa, di balik sorotan, dan di balik sosok yang tampak kuat atau dikenal, ada seseorang yang sebenarnya sedang merasa kosong, ragu, bahkan kehilangan arah tentang siapa dirinya sendiri.


Puisi ini menggambarkan seseorang yang mungkin tampak "penuh" di mata orang lain tertawa, punya teman, bahkan dikenal banyak orang. Tapi di balik itu semua, dia menyimpan sunyi. Dia merasa seperti hanya menjadi "bagian" dari mimpi orang lain, bagian dari harapan yang bahkan bukan miliknya.

Dan kalimat terakhirnya, “Aku… hanyalah aku. Bukan siapa-siapa,” itu bukan bentuk kelemahan. Itu justru pengakuan paling jujur dari seseorang yang sedang mencari arti dirinya sendiri, di tengah dunia yang sering menilai dari apa yang tampak di luar.



Juni 04, 2019

AKU BAGAI LAUTAN TAK BERPIJAK

💢

Aku Bagai Lautan Tak Berpijak, 
Berenang Tak Bertepi .

Aku Bagai Kapal Karam ,
Teronggok Memucat Terantai Karat.

Aku Bagai Angin Menghempas & Terhempaskan , Berlari-Lari Merangkul Nafas Menerjang Badai.

Aku Bagai Jiwa-Jiwa Terbang Tak Bersayap, Terpanah Api Bermandikan Luka Berpeluh Airmata.

Aku Bagaikan Lilin Terbakar, Tergerogoti Panas & Kemudian Mati.

Kepada Lautan Aku Berteriak, Adakah Pelabuhan.
Kepada Kapal Karam Aku Melukis Karatmu, Jadilah Indah .

Kepada Angin Yang Selalu Menghempaskan, Aku Terdiam Berpijak Agar Tak Melayang .
Kepada Lilin-Lilin Yang Membakar Jiwa, Aku Akan Berlindung Berpayung Salju.

Satu Kepada-MU Allah Tuhanku , Aku Berbisik Di Sisa Yang Tinggal :
Bimbing Aku Pulang

                       ~NIDE~
                         Good Day Comments Pictures


Moral dari RUANG SUNYI di ini : 

Adalah bahwa seberat apa pun hidup menekan dan sekelam apa pun kita merasa tersesat, akan selalu ada satu tempat pulang: Tuhan (Allah SWT).


Puisi ini suara dari jiwa yang lelah. Lelah karena terlalu sering merasa kosong, terluka, hilang arah. Ia menggambarkan dirinya seperti lautan tanpa dasar, kapal karam, angin yang terus menghempas, dan lilin yang pelan-pelan habis dimakan panas. Semua gambaran itu menunjukkan betapa rapuhnya dia, betapa kerasnya hidup mengguncangnya.

Tapi di balik semua keputusasaan itu, ada harapan kecil yang terus dijaga. Ada tekad untuk tetap mencari pegangan, untuk tetap berdiri, meskipun goyah. Sampai akhirnya, saat semua tempat sudah tidak bisa jadi sandaran, dia pulang ke satu-satunya tempat yang tidak pernah mengusir : Tuhan (Allah SWT).

Kalimat terakhir, "Bimbing aku pulang". Itu bukan cuma permintaan. Itu seruan jiwa yang rindu pulang ke tempat di mana luka tak lagi menyakitkan, dan hidup kembali punya arah.


Jadi moralnya : hidup bisa sangat melelahkan dan menyesakkan, tapi jangan pernah lupa bahwa kamu nggak benar-benar sendirian. Saat semuanya terasa hampa, kamu selalu bisa pulang bukan ke suatu tempat, tapi ke Tuhan (Allah SWT). Dan dari situ, kamu bisa mulai lagi. Pelan-pelan, tapi pasti.

April 05, 2019

KITA DALAM SENJA

Video by Nide

Ketika Senja Mendekap Perlahan,
Yang Kutahu Kaulah Pancaran Bahagia...

Kita Hanyalah Kau & Aku...
Yang Memandang Erat Awan Berarak Membias Jingga Di Mata - Mata Sayu...

Kita Adalah Penikmat Senja... 
Di Antara Seduhan Kopi & Kepulan Asap Rokokmu..
Tak Banyak Kata, Tapi Cukup Untuk Merasa.

Dan Kita,
Adalah Cerita Itu Sendiri
Di Antara Warna Langit Yang Pelan Memudar, 
Di Antara Diam Yang Justru Paling Bicara, 
Di Antara Mimpi-Mimpi Yang Kita Bisikkan Pelan, ssst.

~By NIDE~



Moral dari RUANG SUNYI ini :

Bahwa kebahagiaan sejati kadang hadir dalam hal yang paling sederhana bukan dari apa yang kita miliki, tapi dari siapa kita berbagi momen itu.


Puisi ini nggak bicara soal cinta yang heboh atau janji-janji besar. Tapi justru itu yang bikin dalam. Cinta di sini tumbuh dari kebersamaan yang tenang, dari tatapan yang saling paham, dari diam yang penuh makna. Bahkan asap rokok dan secangkir kopi bisa jadi latar kisah yang hangat, kalau dijalani sama orang yang tepat.

Dan di akhir puisinya, terasa banget bahwa mereka bukan cuma penikmat senja, tapi mereka adalah bagian dari senja itu sendiri, bagian dari cerita yang nggak perlu diceritakan dengan kata, cukup dirasakan.


Jadi, intinya:
Kita sering nyari kebahagiaan yang besar, padahal bisa jadi itu ada di hadapan kita di obrolan kecil, di diam yang nyaman, di senja yang kita nikmati bareng seseorang yang kita sayang, tanpa perlu banyak alasan.

Itu bukan cuma puisi. Itu kehidupan. #ceileeeeeeeeee....zzizzizi😁



Maret 13, 2019

KEPADA BAHAGIA

Photo by : Nide

Sementara Itu Mendung 
Hanyalah Bualan Manis Yang Kita Tertawakan.. 

Dan Hujanpun Tak Menjadi 
Pembatas Untuk Satu Perjumpaan.. 

Hingga Waktupun Melaju Terasa 
Singkat Memisahkan Hati Yang Menetap..

Semoga Bisikan Doa Kita Sampai Kelangit Mendapat JawabNYA..

~NIDE~


Moral dari RUANG SUNYI ini : 

Bahwa kebersamaan yang tulus nggak selalu butuh waktu lama atau keadaan yang sempurna. Kadang, momen singkat yang dijalani sepenuh hati bisa lebih bermakna daripada waktu yang panjang tapi hampa.


Puisi ini seperti cerita dua orang yang saling hadir di tengah ketidakpastian. Mereka tertawa bareng meski cuaca mendung, tetap bertemu meski hujan turun. Artinya, selama niatnya tulus, rintangan sebesar apa pun bisa dilewati. Tapi waktu ikut campur dan akhirnya mereka harus berpisah.

Namun, yang bikin puisi ini nggak pahit adalah penutupnya ada  'Harapan'. Mereka tetap saling mendoakan, walau terpisah sementara. Karena mereka percaya, ada yang lebih besar dari jarak dan waktu, doa yang jujur, yang mereka titipkan ke langit.


Jadi moralnya : 

Kadang kita nggak bisa menahan waktu atau mempertahankan semua hal yang kita sayangi. Tapi kalau hubungan itu dijalani dengan hati, lalu diakhiri dengan doa itu tetap indah. Meskipun belum bersama lagi, perasaan itu nggak pernah sia-sia. #yoi..




Oktober 22, 2018

EGO DUNIAWI




Apa Kabar Dunia...
Kau Hanyalah Dunia Tak Lebih & Tak Kurang.
Kau Hanyalah Setitik Bahagia Yang Sering Meninggalkan Luka Terdalam..

Semua Karena Ego Duniawi
Tak Malu Kepada Tuhanmu Tapi Kau Malu Pada Dunia...

Dunia Itu Relatif,  Semua Yang Kau Sebut Puji-Pujianmu Fana... 
Tepuk Tanganmu Cepat Sekali Berlalu.
Dunia Itu Tak Abadi,  Apa Yang Kau Harapkan Berlebih Akan Sia-Sia...

Lihatlah Siapa Dirimu,  Kau Sibuk Menghitung Bintang-Bintang S
ampai Lupa,
Bahwa Cermin Di Depanmu Tak Pernah Kau Tatap Lama-Lama.

~NIDE~



Moral dari RUANG SUNYI ini : 

Adalah jangan terlalu sibuk mengejar pengakuan dan pujian dari dunia, sampai lupa siapa diri kita sebenarnya, dan sampai lupa untuk jujur di hadapan Tuhan.

Puisi ini menampar dengan cara yang halus tapi dalam. Dunia digambarkan sebagai sesuatu yang sering kita puja-puja, tapi sebenarnya penuh tipuan. Kita sering nyari validasi, pengakuan, tepuk tangan dari orang lain, seolah-olah itu yang bikin kita berarti. Padahal semua itu fana. Nggak abadi. Yang muji bisa aja besok pergi. Yang mengangkat bisa juga menjatuhkan.

Kalimat paling nyentilnya :
"Kau sibuk menghitung bintang-bintang sampai lupa bahwa cermin di depanmu tak pernah kau tatap lama-lama."
Itu artinya, kita sering banget terlalu sibuk melihat ke luar butuh pengakuan, mau dikagumi, mau terlihat hebat tapi lupa bercermin, lupa ngaca, lupa tanya ke diri sendiri: "Sebenernya aku siapa sih? Aku baik nggak? Aku jujur nggak? Aku dekat sama Tuhan nggak?" .... #haiiiisssss

Jadi, moralnya :
Hidup ini terlalu singkat buat dihabiskan demi menyenangkan dunia yang cepat lupa. Lebih penting buat jadi diri sendiri yang jujur, rendah hati, dan dekat sama Tuhan daripada jadi hebat di mata manusia tapi kosong di dalam.


Agustus 28, 2018

JAWABMU By Mada A


Jawabmu
Atas Tanyaku Yang Telah Tergerus Oleh Waktu
Walau Hanya Sepenggal Kata
Benderang Dalam Gulitaku
 Antara Lara Dalam Luka

Aku Dan Kamu Memang Digariskan
Ada Dalam Bayang Semu
Andai Ada Kehendak-Nya
Ingin Sekali Aku Berkata .....
Aku Tidak Seperti Yang Ada Dalam Bayangmu..

 ~By : Mada A~

November 26, 2015

DEAR IMAJINASI




Sudah Tutup Buku
Buku Yang Mestinya Tak Lagi Dibuka
Sebab Yang Usai Tak Layak Diulang Cerita

Apakah  Ini Atau Itu, Entah
Hanya Lembaran Putih Tanpa Aksara, Sunyi, Tak Jua Tergores Makna

 Namun Segalanya Kini Terasa Lain,
Angan Melayang Mengejar Mimpi Yang Tak Sempat Di Peluk

Ah..... Benarkah Harus Begini ?
Lalu Dimana Cahaya Langit ?
Masihkah Sinarnya Sekadar Ilusi ?

~NiDE~



Moral dari RUANG SUNYI ini :

Bahwa ada saatnya kita harus benar-benar merelakan sesuatu yang sudah selesai, walau hati masih menyisakan tanya, rindu, dan harapan yang belum sempat terwujud.


Puisi ini bicara tentang sebuah akhir. Tentang “buku” yang mestinya sudah ditutup, tapi masih terasa menggantung di dalam hati. Rasanya kayak kita tahu hubungan atau cerita itu sudah selesai, tapi kenangannya masih suka datang tiba-tiba, nyelinap lewat angan, lewat mimpi yang belum kesampaian.

Ada juga rasa bingung, kecewa, mungkin sedikit marah sama takdir: “Benarkah harus begini?”
Itu kalimat yang mewakili kita semua ketika harus menerima sesuatu yang nggak sesuai harapan. Dan pada akhirnya, muncul pertanyaan paling manusiawi: "Masihkah cahaya itu nyata, atau cuma ilusi?"


Jadi moralnya:

Kadang dalam hidup, nggak semua cerita bisa ditutup dengan manis. Ada yang berakhir dengan sunyi, ada yang tinggal tanda tanya. Tapi kita harus tetap melangkah. Karena memaksa membuka buku lama cuma bikin luka makin lebar. Yang penting sekarang bukan mencari jawaban di masa lalu, tapi berani menciptakan cerita baru dengan lembaran yang benar-benar kosong dan siap diisi, bukan terus berharap dari halaman yang sudah usang.

Kamu nggak sendirian kalau pernah merasa seperti ini. Dan yang pasti... cahaya itu ada, asal kita berani membuka mata lagi.

April 18, 2015

PERSAHABATAN BAGAI KEPOMPONG


Myniceprofile.com

Mungkin Tumpukan Rasa Kecewa
Hingga Kata-Kata Yang Terpendam Memberontak... 
Mungkin Keegoisan Yang Melingkupi 
Hingga Hati Tak Bisa Diajak Kompromi..
Atau Mungkin Ini Yang Terbaik Dari Yang Terburuk

 Kita Hanya Memakan Waktu 
Tanpa Mampu Menghindari Kenangan Yang Telah Tertancap di Memori
Dan Awan Hanya Menurut Angin Seperti Barisan Rindu Yang Terpaksa Diredam

Apa Artinya Kita .. Jika Akhirnya Saling Kehilangan Arah ?
Apakah Memang Persahabatan Bagaikan Kepompong ? Menunggu Waktu Untuk Berubah Atau Mungkin Justru Untuk Melepaskan.

~Nide~

Jadi, moral dari RUANG SUNYI ini : 

Adalah puisi yang sederhana tapi dalam, kadang dalam hidup, kita punya orang-orang yang dulu sangat berarti, yang kita anggap dekat banget. Tapi lama-kelamaan, rasa kecewa, kata-kata yang nggak terucap, dan ego kita masing-masing bikin hubungan persahabatan itu berubah. Kita kayak lagi bertahan, tapi sesungguhnya cuma makan waktu, tanpa bisa memperbaiki apa-apa.

Terus : "Apa arti kita kalau akhirnya malah kehilangan arah?" Rasanya kayak hubungan itu cuma jadi kenangan yang susah dilupain, tapi juga nggak bisa dilanjutkan.

Kalau menurutku, persahabatan (atau hubungan apapun) itu kayak kepompong, kadang memang harus berubah entah jadi sesuatu yang baru, atau malah harus dilepaskan supaya kita nggak tersiksa terus.


Intinya, puisi ini bilang :
Nggak semua hubungan bisa bertahan. Kadang, kita harus berani mengakui kalau sudah waktunya berhenti dan melepaskan, walaupun sakit. Karena itu bagian dari proses supaya kita bisa tumbuh dan move on.

Jangan dipaksain kalau memang sudah nggak jalan. Itu bukan gagal, tapi cara hidup yang kadang harus kita terima.



Februari 22, 2015

BUKANKAH TIDAK ADA YANG SEMPURNA

👆

Bukankah Tidak Harus Jingga, 
Jika Pelangi Masih Menggantung Di Ujung Sana...

Bukankah Tak Perlu Menunduk Malu, Hanya Karena Kisah Ini Dianggap Aib Oleh Lidah Yang Tak Tahu...

Bukankah Tak Ada Yang Sempurna, 
Meski Dipuja Seolah Tak Bercela...

Bukankah Itu Semua Hanyalah Cercaan Di Mulut Dan Pikiran Duniawi...

Lalu Pikirku.......Biarlah Anjing Menggonggong Kafilah Tetap Berlalu
Namun Pikirmu....... Ini Hanyalah Ego, Takut Dipandang Sebelah Mata Yang Mematahkan Harga Diri...

Hanya Sebatas Itukah Pandangan Kerdil.... Yang Memalukan Kalaupun Otak Masih Duniawi...

Hanya Saja Tak Ada Manusia Yang Sempurna...


~By Nide~

Moral dari RUANG SUNYI ini :

Bahwa jangan biarkan omongan orang lain terutama yang nggak tahu apa-apa mengatur bagaimana kamu harus merasa, hidup, atau melihat dirimu sendiri.

Puisi ini keras, jujur, dan berani. Isinya tentang perlawanan dari seseorang yang muak dinilai, dikomentari, bahkan dijatuhkan oleh standar dan omongan dunia yang cuma lihat dari kulit luar. Tentang seseorang yang mungkin pernah salah, atau dianggap salah, tapi menolak tunduk pada pandangan kerdil yang nggak ngerti apa-apa soal kebenaran yang sebenarnya.


Kalimat “Bukankah tak perlu menunduk malu, hanya karena kisah ini dianggap aib oleh lidah yang tak tahu…”, maksudnya karena banyak dari kita sering ngerasa malu, minder, cuma karena omongan orang padahal mereka nggak tahu apa-apa soal kenapa kita jadi seperti ini.

Dan muncul perdebatan pikiran :
“Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu…” vs “Ini cuma ego yang takut harga dirinya jatuh…”
itu kayak suara dalam diri yang lagi tarik-ulur antara mau cuek dan tetap jalan, atau masih kepikiran sama pandangan orang.


Jadi moralnya gini :
Nggak ada manusia yang sempurna. Dan kamu nggak hidup buat nyenengin semua orang. Jangan biarkan dunia bikin kamu malu atas prosesmu, apalagi bikin kamu ngerasa nggak layak. Yang paling penting bukan omongan mereka, tapi bagaimana kamu berdamai sama diri sendiri dan terus jalan meskipun yang menggonggong tetap ada. (#wedus.menggonggong.ada.nggak ?)

Omongan mereka cuma suara. Tapi hidupmu nyata. Dan kamu pantas untuk tetap berdiri, tanpa harus tunduk, ... tunduk pada nasehat tak bermakna dari orang yang kau sebut.. bla.. bla.. bla... 




Desember 27, 2014

UNTUK CIPIRINGIS

Emo Love

Untuk Cipiringis.....
Yang Menjelma Menjadi Setan Berselubung Manusia, 
Tersenyum Lebar, Tertawa Nyaring
 Seolah Lupa Bahwa Napaspun Punya Batas, 
Dan Ajal Tak Pernah Menawarkan Jeda.
...
Berbahagialah Dalam Pesta Semu Yang Hampa Makna...
Sebab Akan Ada Waktunya Dunia Mengakhiri Menjadi Kepedihan 
Dari Benih Dosa Yang Kau Tanam Tanpa Sebutirpun Kata Maaf.....

Untuk Cipiringis.....
Yang Berhati Palsu Laksana Orang-Orang Munafik Yang Gemar Bersilat Lidah
Kemenanganmu Diatas Derita Yang Kau Abaikan 
Hanyalah Kebanggaan Fana Hiasan Lusuh Bagi Jiwa Yang Rapuh
Esok Akan Tiba ..... 
Kesengsaraan Menggerogoti Jiwa-Jiwa Kotor Diantara Luka...

Untuk Cipiringis.....
Sang Pemuja Dunia...
Penyembah Kekuasaan Yang Berdansa Dengan Kezaliman, Menjungkirkan Makna, 
Menghalalkan Yang Haram Mengharam Yang Halal, 
Seakan Nurani Bisa Ditawar Dan Digadai...
INGATLAH...... Semua Pasti Ada Waktunya......
 Karena Tuhan Tak Pernah Tidur...


~By NIDE~

Moral dari RUANG SUNYI ini :
Adalah sejahat-jahatnya manusia bisa bersilat lidah dan bersembunyi di balik topeng kekuasaan atau kepura-puraan, kebenaran tetap akan menemukan jalannya karena Tuhan nggak pernah tidur.

Dan hidup nggak selamanya tentang siapa yang bisa menekan lebih kuat. Pada akhirnya, semua akan berbalik. Yang hari ini sombong, besok bisa jatuh. Yang hari ini pura-pura menang, bisa jadi cuma sedang menunda kehancurannya sendiri. "Karena Tuhan tak pernah tidur." Dan itu bukan ancaman, itu pengingat bahwa semua perbuatan ada balasannya. Yang menyakiti akan kena akibatnya. Yang dzholim nggak akan selamanya aman. Karma, atau keadilan Tuhan, akan datang… cepat atau lambat. Jadi moralnya begini : Kalau kamu punya kuasa, gunakan dengan benar. Jangan jadikan lidahmu alat untuk memanipulasi. Jangan injak orang lain demi menang sendiri. Karena mungkin dunia bisa kau tipu… tapi langit nggak pernah lalai. Dan buat kamu yang merasa di dzholimi : Tenang.... Kebenaran kadang memang lambat datangnya. Tapi ia pasti datang.


Desember 10, 2014

RINDUNYA SESAT

 I Sure Miss You A Lot - Teddy Bear
 myniceprofile


Rindunya Sesat...
Menggantung Rapuh Di Langit Malam.
Dia Terdiam...
Lalu Berhenti Menjamah Baris-Baris Namamu
Yang Kini Hanya Gema Tanpa Suara.


By Nide

Moral dari RUANG SUNYI ini :
Adalah kadang rindu itu nggak selalu bisa disampaikan, dan saat orang yang kita rindukan sudah nggak bisa kita jangkau lagi, satu-satunya yang bisa kita lakukan hanyalah diam dan menerima. Puisi ini pendek, tentang rindu yang udah buntu. Udah nggak tahu harus ke mana. Udah nggak tahu harus ditujukan ke siapa, karena yang dirindukan... mungkin udah pergi. Atau berubah. Atau udah bukan lagi “tempat pulang”. Kalimat “rindunya sesat”
Rindu itu biasanya punya arah tapi di sini, dia nggak tahu harus ke mana. Dia cuma menggantung rapuh di langit malam, dan akhirnya menyerah. Nggak lagi menyebut nama itu. Nggak lagi berharap.

Jadi moralnya:
Rindu itu manusiawi. Tapi kadang, kita harus belajar menerima bahwa nggak semua rindu bisa dipertemukan. Ada kalanya, melepaskan adalah satu-satunya cara untuk menjaga diri sendiri tetap waras. Dan diam... adalah bentuk paling tulus dari rasa yang pernah ada.






November 24, 2014

HUJAN YANG TAK LAGI SAMA

Autumn rain
myniceproffile



Hujan....
Menghempaskan Sejuta Debu...
Meninggalkan Jejak Embun...
Di Pelupuk Pagi Yang Nyaris Lupa Basah

Rintikmu...
Jatuh Perlahan,
Membasahi Tabir Kehidupan...
Yang Mulai Retak Oleh Waktu.

Namun....
Masihkah Indah Bulir-Bulir Airmu ? 
Saat Hujanmu Tak Mampu Lagi Dijamah  Dengan Rasa......



By : NiDE
Good Day Comments Pictures



Moral dari RUANG SUNYI ini :
Tentang gimana dulu hal-hal sederhana kayak hujan bisa bikin hati adem, bikin tenang. Tapi sekarang, walau hujan masih turun, rasanya kayak... kosong aja. Biasa aja. Bukan karena hujannya berubah, tapi mungkin karena kita yang udah beda. Entah karena terlalu capek, terlalu sering disakiti, atau mungkin udah lupa rasanya menikmati.

Intinya, puisi ini kayak bilang: "Hei, kamu masih bisa ngerasain nggak sih? Masih bisa nikmatin hal kecil nggak? Atau udah keburu kebal sama semuanya?"
Jangan sampai kita terlalu sibuk, terlalu keras sama hidup, sampai lupa caranya merasa.

Oktober 17, 2014

KEBISUAN DILANGIT JINGGA

http://nidephotoarts.blogspot.com/


Mungkin Kata-Kata Itu Palsu, 
Penuh Tipuan Menjebak Terbang Ke Langit Jingga 

Indah, Nyaris Memabukkan Lalu Runtuh. Membuat Amarah Melonjak Tak Terkendali.

 Itulah Kenyataannya
Tak Bisa Terbaca Lagi Dibalik Ujungnya

Pasrah Dalam Pengunduran Dari Kancah Perang Tanda Tanya
Tak Akan Memulai Apa Yang Terkira Akan Menjadi Genderang Perang Dalam Pikiran

Lebih Baik Berimajinasi 
Menjadi Rumput Yang Bergoyang Tersiram Cahaya Rembulan,
Membisu Sambil Menikmati Angin Malam...

Tak Usah Berdongeng
Cukup Rebah, Terselimuti Mimpi Yang Tenang
Sembari Menunggu Adzan Shubuh Yang Akan Membuyarkan Segala Ilusi Indah
Mungkin Itulah Yang Terbaik

Percaya Bahwa Tuhan Selalu Tahu Mana Yang Pantas Kita Terima, Bukan Sekedar Apa Yang Kita Minta.

Maka Hapuslah Semua Yang Tak Penting, Buang Beban Yang Mengaburkan Pandangan.

Mari Jadikan Hari Ini  Dan Esok, Sebagai Lembaran Luar Biasa Tempat Kita Berjuang, Menggapai Impian Dunia  Dan Akherat.


 By NiDE

Good Day Comments Pictures


Moral dari RUANG SUNYI ini :
Tentang seseorang yang ngerasa capek  mungkin karena janji palsu, kata-kata manis yang ternyata cuma tipu daya. Awalnya dibuai, dibuat percaya, lalu dijatuhkan. Akhirnya dia sadar tentang sesuatu yang nggak jelas, itu cuma bikin hati capek dan kepala penuh pertanyaan yang nggak ada jawabannya.

Jadi, daripada terus-terusan terjebak di pikiran dan emosi yang nggak sehat, dia milih untuk diam. Untuk pasrah bukan nyerah, tapi istirahat. Menenangkan diri. Dia mulai sadar, nggak semua hal harus dilawan. Kadang, tenang dan percaya sama Tuhan itu jauh lebih menyembuhkan daripada terus bertanya “kenapa”.

Moralnya?
Kadang dalam hidup, kita harus tahu kapan berhenti ngejar hal yang ngerusak batin. Nggak semua hal bisa kita pahami sekarang juga. Ada waktunya. Ada prosesnya. Dan yang paling penting kita harus belajar ngelepas. Bukan karena kita lemah, tapi karena kita tahu diri kita pantas dapet ketenangan, bukan terus-menerus dihantui hal yang bahkan nggak pernah jelas.

"Mari Jadikan Hari Ini  Dan Esok, Sebagai Lembaran Luar Biasa Tempat Kita Berjuang, Menggapai Impian Dunia  Dan Akherat"
Akhir puisinya  ngingetin kita buat nggak terlalu ngotot sama keinginan sendiri. Karena kadang yang kita mau bukan yang terbaik buat kita. Dan Tuhan selalu tahu itu.

Jadi ya... tarik napas. Lepasin. Fokus ke hari ini. Perbaiki diri. Pelan-pelan bangun lagi. Bukan buat orang lain, tapi buat diri sendiri dan buat hidup yang lebih berarti... #jangan.lupa.bahagia.ya


September 08, 2014

METAMORFOSA By Mada Ayu

butterfly

Aku Yang Dulu
Terjerembab Dalam Bayang Harap,
Terkungkung Sepi,
Terbelenggu Oleh Luka-Luka Yang Tak Tampak.
Dunia Kala Itu Hanya Sebatas Dinding Gelap,
Tanpa Cahaya, Tanpa Arah.

Namun Kini...
Aku Telah Bermetamorfosa.
Menari Bersama Semesta,
Bersuka Cita Dalam Pelukan Cahaya.
Kuhirup Harum Kehidupan Tanpa Jeda,
Dan Kukepakkan Sayapku
Bersama Ia Yang Kupuja,
Terbang Ke Langit Yang Dulu Tak Sempat Direngkuh.




By : Mada Ayu
Cat and Fish

September 03, 2014

LIHATLAH DIA BULAN

Photo By NiDE

Lihatlah Dia Bulan
 Saat Ini Dia Menangis Karena Luka Yang Diam-Diam Tumbuh Dihatinya
Tidakkah Kau Sudi, Walau Sejenak, Merangkul Rapuhnya Dalam Sinar Lembutmu?

Ia Terurai Dalam Untaian Bisu,
Tidakkah Kau Tahu Betapa Ia Ingin Disapa, Dimengerti.. Meski Tanpa Kata

Sakit Yang Dirasa Telah Menuai Peluh Dimatanya
Jatuh Bak Gerimis Yang Ragu Menyentuhh Bumi

Kini Ia Hanyalah Selaksa Debu Yang Berterbangan
Entah Kemana Jiwanya Akan Bersandar Dan Dimana Rindunya Bisa Berteduh

Hatinya Pernah Percaya, 
Bahwa Segalanya Bisa Menjadi Sempurna, Namun Rencana Tuhan Kadang Menyimpan Sunyi Yang Tak Bisa Dijelaskan.


Di Awal Yang Masih Gelap Ini,
Belum Ada Yang Sungguh Tahu
Betapa Sakitnya Ia
Menanggung Luka Yang Tak Pernah Benar-Benar Pergi.


By Nide
Good Day Comments Pictures



Moral dari RUANG SUNYI ini :
Tentang seseorang yang terluka... tapi lukanya nggak kelihatan. Dia nggak teriak, nggak marah, nggak minta tolong  dia cuma diam. Tapi diamnya itu bukan karena kuat, tapi karena capek. Karena mungkin selama ini nggak ada yang benar-benar peduli atau sadar kalau dia sebenarnya butuh dipeluk, butuh dimengerti.

Dia pernah punya harapan, pernah percaya sama yang indah-indah. Tapi ternyata hidup nggak selalu semanis itu. Dan kadang, yang paling nyakitin bukan kejadian besar  tapi rasa sepi, rasa nggak dianggap, rasa percaya yang ternyata salah tempat.

Moralnya?
Kita nggak pernah benar-benar tahu seberapa berat beban yang orang lain bawa. Bahkan orang yang kelihatan paling tenang sekalipun, bisa jadi lagi berjuang mati-matian supaya nggak jatuh.

Jadi, pesannya simpel tapi dalam : belajarlah peka. Belajarlah melihat yang nggak diucapkan. Dan kalau bisa, jangan cuek sama orang yang diam. Bisa jadi, mereka cuma butuh sedikit kepedulian untuk nggak runtuh sepenuhnya.

Dan kalau kamu sendiri yang lagi kayak si “bulan” di puisi ini, ingat .... nggak apa-apa kalau kamu capek. Nggak salah kalau kamu ngerasa hancur. Tapi jangan simpan semuanya sendirian terus-terusan. Kamu layak dimengerti, layak dirangkul, dan layak sembuh pelan-pelan, tapi pasti.



September 01, 2014

LORONG WAKTUKU By Mada Ayu

Photo By NiDE


Aku Terbaring Diujung Sembilu
Kala Lorong Waktu Berlalu
Asaku Yang Sirna
Tiba-Tiba menjelma
Ya Lorong Waktu
Tak Ada Kuasa Untuk 
Membendungmu
Meski Pondasi Dari Untaian Batu Tak Jua Terbantu

Aku Terbaring Diujung Sembilu
Bongkahan Jiwa
Rintihan Rasa
Entah, Entah Mengapa

Ada Hendak Untuk Menyapa
Menyapa Potongan Asa 
Wahai Jiwa......
Sembilu Berubah Jadi Rangkaian Kata

By : Mada Ayu
 Cat and Fish

POPULAR POSTS