![]() |
Aku Bisa Melihat Mereka
(Cerita nyata yang tidak semua orang akan percaya)
Jujur, aku nggak pernah membayangkan kalau hidupku akan sedekat ini dengan dunia yang tak kasat mata. Dunia yang penuh warna, tapi bukan warna yang indah. Sejak kecil, aku sudah bisa melihat mereka makhluk-makhluk dari dimensi lain. Dan hingga sekarang... penglihatanku masih sama.
Sering aku berdoa agar bisa menjalani hidup seperti orang normal, tanpa harus melihat yang tak terlihat. Tapi entah kenapa... mataku seperti ini. Mereka selalu muncul. Menampakkan diri. Seolah-olah mereka ingin aku tahu : "Kami ada, dan kamu tak bisa mengabaikan kami." Kadang aku merasa berdosa karena tak bersyukur atas ‘kelebihan’ ini. Tapi sungguh... kalau kalian ada di posisiku, kalian akan mengerti. Ini bukan kelebihan, ini seperti siksaan.
Aku tersiksa, aku sering membeku. Tak bisa bicara. Badanku kaku, seperti tertahan oleh sesuatu yang tak kasat mata. Kadang aku lari, tapi mereka malah makin mendekat. Seolah mengejek, "Kau bisa lari, tapi tak bisa sembunyi dan kamu akan selalu melihat kami"
Pernah, waktu sekolahku ngadain perkemahan di Candi Prambanan, malam itu semua peserta ikut acara jerit malam. Aku harus balik dulu ke tenda karena ada barang yang harus kukembalikan. Hati kecilku udah teriak, "Jangan balik sendirian!" Tapi... aku tetap kembali. Tempat perkemahan kosong. Sepi. Nggak ada satu pun penjaga.
Dan... seperti sudah bisa ditebak. Mereka menyambut kedatanganku.... apa yang kupikirkan akhirnya kejadian juga, setelah kukembalikan barangku... aku langsung berlari sekencang-kencangnya untuk pergi ! tapi tak disangka... dua sosok makhluk tak terlihat ikut berlari di sampingku dan yang satunya... ada di belakangku. Nafas mereka... terasa di leherku. Aku cuma bisa teriak dalam hati :
"Ya Allah... tolong aku... siapapun... tolong aku!!"
Aku jadi bulan2nan mereka, bahkan ada juga yang sedang menontonku karena waktu itu memang banyak sekali makluk2 itu, aku bagaikan hiburan buat mereka. Andaikan aku tidak harus kembali hanya karena sebuah barang, tidak bakalan juga aku ketakutan seperti ini... Astafirrullah....... begitu nyata bagiku.
Belum lagi dirumahku sendiri yang dekat dengan pemakaman, banyak sekali yang pernah kulihat.
Waktu itu jam 9 malam, aku belum tidur, ketika aku mau ke kamar mandi seringkali aku melihat sosok kepala tanpa tubuh yang sangat mengerikan, biasanya tempat mangkalnya dia dijemuran rumahku, kepalanya besar, mengambang, mulutnya lebar dengan lidah yang menjulur hampir hampir 20 cm, dengan hidung yang tidak berbentuk dan warna kulitnya mirip kulit kerbau, Dan yang paling bikin aku merinding dia tersenyum ke arahku ....hiiiiiiii, pokoknya ngeri deh.
Dan itu belum yang paling aneh.
Ada juga anak kecil yang suka muncul di kamar mandi. Sekitar jam 11 malam, dia terlihat bermain air. Lucu sih... wajahnya mirip banget sama ayahku. Kata ibuku... mungkin itu adikku yang sudah meninggal saat masih bayi. Waktu aku kelas 2 SD, aku sering main air sama dia. Kukira dia temanku. Tapi sekarang, aku baru sadar... dia bukan manusia.
Sekarang aku sudah SMA kelas 2 dan dia juga sudah besar, umurnya sekitar 9 tahunan. Dan kenangan itu masih terekam jelas.
Oiya, sekolahku juga nggak kalah horornya. Sekolah tua peninggalan zaman Belanda, yang merupakan salah satu cagar budaya di Yogyakarta . Suatu pagi, saat pelajaran berlangsung, aku melihat seorang gadis Belanda. Pakai gaun putih panjang, kadang juga gaun merah. Dia duduk di ayunan eh bukan, itu sebenarnya besi tempat lampu dan dia menyanyi... pelan... lirih. Besi itu goyang-goyang sendiri. Kukira temanku juga lihat. Tapi pas kutanya, mereka cuma jawab, “Nggak ada apa-apa tuh…”
Aku cuma bisa nyengir kecut sambil bilang,
“Tiung… tiung… tiung… horor lagiiii dong...”
Itu baru sebagian kecil dari kisah hidupku. Jadi, buat kalian yang tidak punya "kemampuan lebih" seperti aku, bersyukurlah. Kalian tidak tahu betapa menderitanya bisa melihat yang tak ingin dilihat.
Oke deh... segitu dulu ceritaku malam ini. Lain waktu kalau kalian belum kapok, aku bakal sambung lagi... dengan kisah-kisah yang lebih... menegangkan.
Sampai jumpa di dunia nyata...atau... di dunia yang lain.
The source of the story : P. Indra
The writer of this story : Nidediary