Welcome Comments Pictures

Agustus 01, 2021

MEMBUMI LEBIH BAIK DARIPADA MELANGIT


👻

Temenku pernah cerita, kejadian ini agak konyol tapi nyesek juga kalau dipikir-pikir. Jadi waktu itu dia lagi jalan bareng sama salah satu temennya, sekadar cuci mata ke mall, bukan niat belanja ya, tahu sendiri lah, kadang liat-liat aja udah bikin hati senang dan dompet tetap aman.

Nah, pas lagi ngelirik salah satu etalase baju yang gemes banget, dia nyeletuk polos, “Ih, lucu ya bajunya.”

Dan di situ, ekspresi temennya langsung berubah 180 derajat. Katanya sih kayak campuran antara kaget, sinis, meremehkan, dan sedikit... mual. Bibirnya manyun, matanya nyipit, dan atmosfer mendadak dingin kayak AC di ruang tunggu BPJS.

Yang lebih lucu, ekspresi temennya itu bukan cuma kayak orang heran, tapi udah kayak sedang menganalisis keuangan negara. Padahal ya, yang ngelirik baju siapa, yang kepo siapa, yang langsung nge-judge siapa.

Temenku diem. Antara pengen ketawa, kesel, dan mikir, “Serius nih, cuma ngomong ‘lucu ya’ langsung dinilai kayak mau beli baju harga sebulan SPP?”

Padahal nggak ada niat buat beli, cuma sekadar suka. Tapi dari situ, dia ngerasa dipandang rendah, seolah-olah nggak pantes punya selera bagus karena status ekonominya nggak sekelas. Lah, siapa juga yang ngajarin kalau selera harus sesuai saldo?

Yang nyebelin bukan cuma ekspresi temennya, tapi juga aura merendahkan yang kayak... "aku lebih ngerti hidup daripada kamu." Padahal, kata temenku, kalau dibanding-bandingin, ya sama aja. Bahkan bisa dibilang, si temennya ini juga bukan Forbes 30 under 30, cuma lebih jago nyinyir.

“Aku bukan pengemis gaya,” katanya sambil ketawa, “tapi ekspresi dia tuh bikin isi hati temenku yang empuk jadi bantat.”

Kadang orang memang terlalu gampang menilai. Bahkan dari hal sekecil komentar soal baju. Seolah-olah komentar itu adalah pengakuan resmi: “Saya siap beli barang ini dengan kartu debit platinum.” Padahal kan nggak.

Karena kenyataannya, kita ini semua sama-sama manusia, bedanya cuma versi paket ekonominya aja. Ada yang hidupnya udah di upgrade, ada yang masih nyicil hidup, tapi itu nggak bikin satu lebih tinggi dari yang lain.

Temenku sih sekarang udah nggak terlalu peduli. Katanya, lebih baik punya selera tinggi tapi tetap rendah hati, daripada punya ego setinggi langit tapi dompetnya... ya gitu deh.

Kalau dipikir-pikir, yang paling elegan itu bukan gaya hidup mewah, tapi sikap yang tahu tempat. Yang bisa menilai tanpa menghina, dan bisa tertawa tanpa menyindir.

Semoga cerita ini bisa jadi bahan refleksi. Karena pada akhirnya, dunia ini bukan tentang siapa yang paling kaya, tapi siapa yang paling bisa memanusiakan manusia lain.

Kalau mau menilai orang, berkacalah dulu. Tapi jangan sembarangan kaca. Pakai yang proper kalau bisa, kaca spion mobil orang kaya sekalian, biar kamu bisa lihat betapa kecilnya kita di dunia ini. Kita beda, iya. Tapi beda itu bukan berarti lebih rendah atau lebih tinggi. Hanya... beda.

Dan yang paling penting :
Jangan merendahkan orang lain.
Kenapa ? Karena kita belum tentu lebih mulia dari orang yang kita rendahkan.

Mari kita belajar untuk membumi, daripada melangit tapi nggak tahu arah angin.

September 06, 2020

Cara Membedakan Aloe Vera Nature Republik ASLI Dengan Yang Palsu


Aloe vera nature republik merupakan brand produk kecantikan dari korea yang mempunyai kandungan alami lidah buaya asli 92 %.
Produk ini sangat banyak manfaatnya untuk kecantikan kulit kita.

Mei 10, 2020

Jajanan Tradisional di Jogja

Photo By NiDE

Setiap kota di Indonesia itu kayak punya "harta karun" kuliner khas masing-masing. Bukan cuma rendang atau sate doang, tapi jajanan tradisionalnya juga nggak kalah menggoda iman (dan timbangan). Nah, kalau ngomongin soal Jogja, duh... jangan ditanya lagi. Kota ini gudangnya jajanan tradisional yang bisa bikin kamu auto nostalgia ke masa kecil waktu masih polos dan belum mikir cicilan.

Jajanan khas Jogja masih eksis banget, lho. Kamu bisa nemuin di warung-warung khusus jajanan yang tersebar manja di sudut-sudut kota, atau di pasar-pasar tradisional yang aromanya selalu menggoda.

Jujur nih ya... kayaknya udah bertahun-tahun aku nggak ngelirik jajanan tradisional. Bukan karena selera berubah jadi fancy-fancy gitu, tapi lebih ke: jarang aja keliling cari jajanan beginian. Maklum, hidup kadang lebih sibuk mikirin kuota habis daripada kue lupis.

Eh, tapi... rejeki emang nggak ke mana. Tanpa dicari-cari, aku dikirimi jajanan tradisional ini sama temen baik hati, yang entah kenapa bisa sebaik itu. Gratis pula! 😆.

Sebelum jajanan ini lenyap tak bersisa karena disantap bersama pasukan lapar, aku sempetin buat jepret dulu. Karena tahu diri enggak bisa bikin konten aesthetic ala food blogger, ya udahlah ya, yang penting ada bukti sejarah bahwa jajanan ini pernah mampir ke hidupku.

Eh iya, meski ini jajanan khas Jogja, sekarang udah mulai banyak juga dijual di kota-kota lain. Jadi, jangan sedih kalau kamu lagi merantau. Siapa tahu tiba-tiba nemu gethuk atau klepon di warung deket kos, itu tandanya semesta sedang berpihak padamu.

Okaaaay… supaya enggak makin penasaran (dan supaya aku ada alasan buat upload foto), yuk mari kita lihat beberapa jepretan jajanan tradisional khas Jogja yang berhasil aku selamatkan dari kepungan para tukang ngunyah.


"JAJANAN TRADISIONAL DI JOGJA"

1. Jenang Tawonan
Jenang Tawonan

Jenang tawonan ini bukan nama jurus silat atau tokoh pewayangan ya, gaes. Ini jajanan tradisional yang terbuat dari tepung beras, gula jawa, dan santan. Walau bahan-bahannya sederhana, tapi rasanya… luar biasa! Manisnya pas, gurihnya santan nendang, dan teksturnya lembut membelai lidah kayak kasih sayang ibu kos waktu nanyain uang kontrakan. 😅, tapi ya sebenernya selera masing-masing sih..

Biasanya jenang ini tampil kalem dalam warna coklat keemasan, lengket-lengket syahdu, dan aromanya tuh... wangi khas gula jawa yang menggoda iman. Cocok banget buat nemenin ngeteh sore atau jadi pengganjal hati saat dompet lagi seret tapi mulut pengin yang manis-manis.

Kalau nemu jenang tawonan di pasar tradisional, jangan ragu-ragu. Beli! Biar enggak cuma lidah yang bahagia, tapi juga jiwa raga.

Desember 02, 2019

WISATA SHOKA BUKIT SENJA


Spot foto

Shoka Bukit Senja adalah salah satu spot kece yang cocok buat kamu yang hobi menikmati senja sambil berpura-pura jadi pujangga. Saya bilang ini spot “lama”, bukan karena bangunannya jadul atau usianya segitu-gitu aja, tapi karena sebenarnya tempat ini sudah dibuka sejak akhir tahun 2018. Cuma ya gitu, dulu belum banyak yang tahu. Mungkin karena waktu itu belum ada yang upload di TikTok atau belum sempat viral. Jadi tempat ini masih sepi, damai, dan bebas dari suara “selfie dulu guys!” Tapi sekarang... taulah..ramai..😅

Lokasinya sendiri cukup adem dan asri karena berada di area hutan perbukitan, tepatnya di Dusun Gabug, Giricahyo, Purwosari, Kabupaten Gunungkidul. Kalau kamu berangkat dari pusat Kota Jogja, perjalanan bisa ditempuh sekitar 30 km atau kira-kira 45 menit kalau naik motor. Tapi ya itu, 45 menit ini bisa berubah jadi 1 jam kalau kamu termasuk tim hore “berhenti sebentar ya, fotoin aku dulu di sini”.

Nah, ada satu hal yang harus kamu siapin sebelum sampai lokasi : uang kecil dan hati yang lapang. Kenapa? Karena tempat ini letaknya berada di perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Jadi... siap-siap bayar retribusi dua kali ya, gengs! Pertama, kamu akan diminta bayar saat masuk kawasan wisata Parangtritis (wilayah Bantul), lalu saat sudah sampai di kawasan Bukit Paralayang Watugupit (yang masuk Gunungkidul), eh… bayar lagi dong. Tapi anggap aja itu tiket combo nonton sunset dua kabupaten.

POPULAR POSTS