Laman
L@BeL
- CERITA KAMPUNG (14)
- CINTA (11)
- DIMENSI LAIN (3)
- KARAKTERISTIK (6)
- KECANTIKAN (10)
- KULINER (2)
- PETUAH LANGIT (4)
- PETUALANGAN (9)
- PORTRAIT (35)
- RUANG SUNYI (44)
- SEHAT AJA (8)
Februari 07, 2022
AKU DIKEJAR BANASPATI
Agustus 01, 2021
MEMBUMI LEBIH BAIK DARIPADA MELANGIT
![]() |
👻 |
Nah, pas lagi ngelirik salah satu etalase baju yang gemes banget, dia nyeletuk polos, “Ih, lucu ya bajunya.”
Dan di situ, ekspresi temennya langsung berubah 180 derajat. Katanya sih kayak campuran antara kaget, sinis, meremehkan, dan sedikit... mual. Bibirnya manyun, matanya nyipit, dan atmosfer mendadak dingin kayak AC di ruang tunggu BPJS.
Yang lebih lucu, ekspresi temennya itu bukan cuma kayak orang heran, tapi udah kayak sedang menganalisis keuangan negara. Padahal ya, yang ngelirik baju siapa, yang kepo siapa, yang langsung nge-judge siapa.
Temenku diem. Antara pengen ketawa, kesel, dan mikir, “Serius nih, cuma ngomong ‘lucu ya’ langsung dinilai kayak mau beli baju harga sebulan SPP?”
Padahal nggak ada niat buat beli, cuma sekadar suka. Tapi dari situ, dia ngerasa dipandang rendah, seolah-olah nggak pantes punya selera bagus karena status ekonominya nggak sekelas. Lah, siapa juga yang ngajarin kalau selera harus sesuai saldo?
Yang nyebelin bukan cuma ekspresi temennya, tapi juga aura merendahkan yang kayak... "aku lebih ngerti hidup daripada kamu." Padahal, kata temenku, kalau dibanding-bandingin, ya sama aja. Bahkan bisa dibilang, si temennya ini juga bukan Forbes 30 under 30, cuma lebih jago nyinyir.
“Aku bukan pengemis gaya,” katanya sambil ketawa, “tapi ekspresi dia tuh bikin isi hati temenku yang empuk jadi bantat.”
Kadang orang memang terlalu gampang menilai. Bahkan dari hal sekecil komentar soal baju. Seolah-olah komentar itu adalah pengakuan resmi: “Saya siap beli barang ini dengan kartu debit platinum.” Padahal kan nggak.
Karena kenyataannya, kita ini semua sama-sama manusia, bedanya cuma versi paket ekonominya aja. Ada yang hidupnya udah di upgrade, ada yang masih nyicil hidup, tapi itu nggak bikin satu lebih tinggi dari yang lain.
Temenku sih sekarang udah nggak terlalu peduli. Katanya, lebih baik punya selera tinggi tapi tetap rendah hati, daripada punya ego setinggi langit tapi dompetnya... ya gitu deh.
Kalau dipikir-pikir, yang paling elegan itu bukan gaya hidup mewah, tapi sikap yang tahu tempat. Yang bisa menilai tanpa menghina, dan bisa tertawa tanpa menyindir.
Semoga cerita ini bisa jadi bahan refleksi. Karena pada akhirnya, dunia ini bukan tentang siapa yang paling kaya, tapi siapa yang paling bisa memanusiakan manusia lain.
Kalau mau menilai orang, berkacalah dulu. Tapi jangan sembarangan kaca. Pakai yang proper kalau bisa, kaca spion mobil orang kaya sekalian, biar kamu bisa lihat betapa kecilnya kita di dunia ini. Kita beda, iya. Tapi beda itu bukan berarti lebih rendah atau lebih tinggi. Hanya... beda.
Mari kita belajar untuk membumi, daripada melangit tapi nggak tahu arah angin.
September 06, 2020
Cara Membedakan Aloe Vera Nature Republik ASLI Dengan Yang Palsu
Produk ini sangat banyak manfaatnya untuk kecantikan kulit kita.
Mei 10, 2020
Jajanan Tradisional di Jogja
![]() |
Photo By NiDE |
Setiap kota di Indonesia itu kayak punya "harta karun" kuliner khas masing-masing. Bukan cuma rendang atau sate doang, tapi jajanan tradisionalnya juga nggak kalah menggoda iman (dan timbangan). Nah, kalau ngomongin soal Jogja, duh... jangan ditanya lagi. Kota ini gudangnya jajanan tradisional yang bisa bikin kamu auto nostalgia ke masa kecil waktu masih polos dan belum mikir cicilan.
Jajanan khas Jogja masih eksis banget, lho. Kamu bisa nemuin di warung-warung khusus jajanan yang tersebar manja di sudut-sudut kota, atau di pasar-pasar tradisional yang aromanya selalu menggoda.
Jujur nih ya... kayaknya udah bertahun-tahun aku nggak ngelirik jajanan tradisional. Bukan karena selera berubah jadi fancy-fancy gitu, tapi lebih ke: jarang aja keliling cari jajanan beginian. Maklum, hidup kadang lebih sibuk mikirin kuota habis daripada kue lupis.
Eh, tapi... rejeki emang nggak ke mana. Tanpa dicari-cari, aku dikirimi jajanan tradisional ini sama temen baik hati, yang entah kenapa bisa sebaik itu. Gratis pula! 😆.
Sebelum jajanan ini lenyap tak bersisa karena disantap bersama pasukan lapar, aku sempetin buat jepret dulu. Karena tahu diri enggak bisa bikin konten aesthetic ala food blogger, ya udahlah ya, yang penting ada bukti sejarah bahwa jajanan ini pernah mampir ke hidupku.
Eh iya, meski ini jajanan khas Jogja, sekarang udah mulai banyak juga dijual di kota-kota lain. Jadi, jangan sedih kalau kamu lagi merantau. Siapa tahu tiba-tiba nemu gethuk atau klepon di warung deket kos, itu tandanya semesta sedang berpihak padamu.
Okaaaay… supaya enggak makin penasaran (dan supaya aku ada alasan buat upload foto), yuk mari kita lihat beberapa jepretan jajanan tradisional khas Jogja yang berhasil aku selamatkan dari kepungan para tukang ngunyah.
Jenang tawonan ini bukan nama jurus silat atau tokoh pewayangan ya, gaes. Ini jajanan tradisional yang terbuat dari tepung beras, gula jawa, dan santan. Walau bahan-bahannya sederhana, tapi rasanya… luar biasa! Manisnya pas, gurihnya santan nendang, dan teksturnya lembut membelai lidah kayak kasih sayang ibu kos waktu nanyain uang kontrakan. 😅, tapi ya sebenernya selera masing-masing sih..
Biasanya jenang ini tampil kalem dalam warna coklat keemasan, lengket-lengket syahdu, dan aromanya tuh... wangi khas gula jawa yang menggoda iman. Cocok banget buat nemenin ngeteh sore atau jadi pengganjal hati saat dompet lagi seret tapi mulut pengin yang manis-manis.
Kalau nemu jenang tawonan di pasar tradisional, jangan ragu-ragu. Beli! Biar enggak cuma lidah yang bahagia, tapi juga jiwa raga.
Desember 02, 2019
WISATA SHOKA BUKIT SENJA
Juli 20, 2019
💅 "Wanita Seperti GELAS-GELAS KACA"
🍺 Butuh kehati-hatian dalam merawatnya.
🍺 Sekali ia pecah, maka akan sulit untuk menyatukannya kembali.
🍺 Bahkan terkadang pecahannya itu bisa melukai, menyakiti orang-orang disekitarnya.
."Para wanita disamakan dengan gelas kaca karena cepatnya mereka berubah dari ridho menjadi tidak ridho, mudah fikirannya berubah.
Juni 05, 2019
SIAPA AKU
~NIDE~
Moral dari RUANG SUNYI ini :
Adalah bahwa kadang, di balik tawa, di balik sorotan, dan di balik sosok yang tampak kuat atau dikenal, ada seseorang yang sebenarnya sedang merasa kosong, ragu, bahkan kehilangan arah tentang siapa dirinya sendiri.
Puisi ini menggambarkan seseorang yang mungkin tampak "penuh" di mata orang lain tertawa, punya teman, bahkan dikenal banyak orang. Tapi di balik itu semua, dia menyimpan sunyi. Dia merasa seperti hanya menjadi "bagian" dari mimpi orang lain, bagian dari harapan yang bahkan bukan miliknya.
Dan kalimat terakhirnya, “Aku… hanyalah aku. Bukan siapa-siapa,” itu bukan bentuk kelemahan. Itu justru pengakuan paling jujur dari seseorang yang sedang mencari arti dirinya sendiri, di tengah dunia yang sering menilai dari apa yang tampak di luar.
POPULAR POSTS
-
👧👦 nidediary.blogspot.com Urip Mung Mampir Ngombe… Tapi Jangan Lupa Ngaca! Kata orang Jawa, "Urip ki mung mampir ngombe." Hi...
-
Copas Ini adalah ramuan khusus buat para wanita yang ingin mempunyai bulu mata lentik dan hitam..Walaupun agak-agak ribet gimana...
-
Cara Move On dari Mantan (Atau Si Dia yang Pernah Bikin Hidupmu Berantakan Tapi Masih Kamu Pikirin Terus) Melupakan seseorang itu... teo...
-
Aku Bisa Melihat Mereka (Cerita nyata yang tidak semua orang akan percaya) Jujur, aku nggak pernah membayangkan kalau hidupku akan ...
-
nidediary.blogspot.com Semua orang pastilah punya yang namanya garis tawa, semakin tambah umur semakin tampak pula garis tawa itu. Nah...
-
Pantai Tersembunyi Photo By NiDE Minggu kemarin hidupku cuma diisi dua hal yaitu motret dan piknik.. Udah, sesimpel itu....
-
KISAH "MATI SURI" part 1 Perkenalkan namaku Sun , ketika aku berumur 10 tahun aku pernah merasakan mati suri , Se...